KONTRIBUSI DOSEN FAKULTAS DAKWAH BAGI PENGEMBANGAN
ILMU DAKWAH
(Studi Jurnal Ilmu Dakwah
2007 – 2009)*)
Ahmad Faqih, S.Ag, M.Si
A. PENDAHULUAN
Dakwah Islam
dewasa ini menghadapi tantangan eksternal yang serius dari berbagai gerakan.
Berbasis faham materialism, liberalism, sekularisme dan
kapitalisme global. Pemikiran dan ideology gerakan ini, telah masuk ke
dalam kehidupan umat Islam dan memberikan andil cukup besar dalam kedangkalan
aqidah, keengganan penerapan syari’ah dalam semua segi kehidupan dan merosotnya
akhlak sebagian besar umat Islam serta melemahnya harakah dakwah Islam.[1] Pada sisi lain sistem
jahiliah modern semakin menguat membangun peradaban yang dekaden
disertai secara terus-menerus melakukan ghozw al-fikr dikalangan umat
Islam. Abdul Kholik menjelaskan tekanan eksternal terhadap dakwah Islam sangat
kuat dan sistematis.[2] Tujuan gerakan ini agar
kehidupan umat Islam, menjadi sesuai dengan filsafat, ideology, dan
sistem budaya, kemasyarakatan, kenegaraan, dan peradaban mereka. Islam menjadi
asing kembali bagi masyarakat Islam.
Umat Islam
Indonesia juga mengalami suatu lompatan-lompatan kondisional yang tidak terduga
sebelumnya. Seiring dengan perkembangan teknologi, pengetahuan dan problem yang
menyertainya. Masyarakat mengalami kompleksitas dalam berbagai hal, dari sistem
kelembagaan, struktur social, hubungan social, kelas dan berbagai
indicator yang selama ini menopangnya. Atas kondisi tersebut mau tidak
mau harus ada kemampuan dari agama untuk melakukan control, mengadaptasi
atas perubahan yang terjadi di masyarakat.[3] Agama seringkali dilematis
dalam menghadapi situasi tersebut. Pada satu sisi harus kuat mempertahankan
nilai-nilai luhur yang menjadi basis keyakinannya, sementara masyarakat selaku
subyek dan obyek agama mengalami perkembangan terus-menerus. Ketidakmampuan
agama dalam mengontrol, beradaptasi dan membangun keyakinan atas nilai-nilainya
akan ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat. Sekalipun kebutuhan akan agama
tidak pernah akan hilang dari suatu masyarakat. Namun masyarakat dengan kekuatan
pragmatisnya sering dengan mudah merubah nilai yang ada atau meninggalkan
nilai-nilai tersebut. Karena dianggap tidak mampu menjawab kebutuhan dan
problem yang mereka hadapi.
Dalam upaya
untuk mengawal dan mewarnai perubahan social tersebut, diperlukan adaptasi
gerakan dakwah Islam yang berbasis pada pijakan keilmuan yang kuat. Sementara
itu ilmu dakwah sebagai basis kegiatan dakwah secara praktis masih menghadapi
problem. Problematika yang selama ini ada, menurut Ilyas Supena bias dipetakan
ke dalam tiga faktor utama.[4]
Pertama, ilmu-ilmu
keislaman yang disampaikan di Fakultas Dakwah lebih bercorak idealism
dan transendentalisme epistemologik. Pada gilirannya, dalam tradisi
ilmu-ilmu keislaman berkembang pola pikir deduktif yang menjadikan al Qur’an
dan sunnah sebagai premis mayor, sehingga problem social yang riil tidak
mendapat perhatian yang memadai. Akibatnya timbul anggapan dalam benak umat
Islam bahwa produk pemikiran tersebut identik dengan kedua sumber tersebut, dan
karenanya kebenaran yang dihasilkan dianggap sudah final. Maka kajian keilmuan
yang berhubungan dengan dunia teks masih sangat dominan, sementara kajian yang
berhubungan dunia social pengarang dan pembaca masih cukup miskin.
Kedua, disintegrasi
keilmuan. Meskipun keilmuan dakwah sudah melampaui problem dikotomi keilmuan,
tetapi ia belum menyelesaikan problem integrasi keilmuan. Keilmuan dakwah belum
mampu menjelaskan hubungan organis antara ilmu dakwah, tafsir dakwah, hadits
dakwah, fiqh/ushul fiqh, tasawuf, ilmu kalam, filsafat Islam dengan kelompok
ilmu sosiologi, psikologi, ilmu politik, ilmu manajemen dan sebagainya. Kedua
kelompok keilmuan ini berjalan sendiri-sendiri dan tidak memperlihatkan
hubungan organis antara keduanya. Karenanya gagasan humanisasi ilmu-ilmu
keislaman dan islamisasi ilmu-ilmu social patut dipertimbangkan.
Ketiga, disorientasi
keilmuan. Ketidakmampuan menjelaskan hubungan organis tersebut, menyebabkan
terjadinya disorientasi keilmuan dikalangan mahasiswa Fakultas Dakwah. Dan
tidak menutup kemungkinan disorientasi ini juga terjadi dikalangan akademisi di
Fakultas Dakwah.
Dosen Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo sampai akhir tahun 2009 berjumlah 65 orang, terdiri dari
guru besar, doctor, magister, dan sarjana. Bahkan mayoritas dari mereka telah
lulus sebagai dosen professional di bidangnya. Sehingga dalam hal mutu, dosen
Fakultas Dakwah tidak diragukan lagi. Hal ini juga didukung oleh produk-produk
karya akademik dosen yang semakin meningkat, seperti: penerbitan buku,
penelitian, artikel dalam jurnal, makalah. Disamping itu keterlibatan mereka
pada organisasi profesi seperti Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia (APDI),
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Asosiasi Pendidikan Tingi
Komunikasi (ASPIKOM). Keterlibatan mereka juga pada organisasi social kemasyarakatan
seperti MUI, NU, Muhammadiyah.
Ditengah makin
meningkatnya produktivitas dosen dalam menghasilkan karya ilmiahnya terutama
dalam tulisan pada Jurnal Ilmu Dakwah, pertanyaan yang pantas diajukan adalah
karya ilmiah tersebut berkontribusi positif bagi pengembangan ilmu dakwah? Ada
beberapa kemungkinan yang terjadi, karya ilmiah dosen dalam artikel jurnal
hanya untuk kepentingan kenaikan pangkat. Sehingga kurang memiliki makna untuk
pengembangan ilmu dakwah, karena itu kualitas tulisan kurang mendapatkan
perhatian. Kemungkinan lain, artikel dalam Jurnal Ilmu Dakwah cukup bermakna
bagi pengembangan ilmu dakwah. Karena ada beberapa dosen yang berlatar belakang
non dakwah, sehingga mereka dalam tarap memulai menyumbangkan pemikirannya bagi
pengembangan teori dakwah. Kemungkinan yang selanjutnya, artikel dalam Jurnal
tersebut memiliki bobot yang baik, karena dari hasil kajiaannya dapat
dikembangkan untuk mengukuhkan ilmu dakwah sebagai ilmu yang mandiri.
Penelitian ini
berusaha untuk mendiskripsikan gejala yang sebenarnya ada pada dosen Fakultas
Dakwah, sehingga dapat diketahui sejauhmana konstribusi mereka bagi ilmu dakwah
sebagai ilmu induk di Fakultas Dakwah. Apalagi lembaga akademik seperti
pendidikan tinggi, sangat besar peranannya bagi perkembangan suatu ilmu. Karena
didalamnya terdapat aktivitas ilmiah seperti diskusi, seminar, penelitian dan
sebagainya yang berujung pada kelahiran teori-teori baru yang bermanfaat bagi
ilmu itu sendiri maupun khazanah ilmu secara luas.
B. RUMUSAN MASALAH
a.
Apasaja tulisan ilmiah dosen
Fakultas Dakwah yang termuat dalam Jurnal Ilmu Dakwah memiliki relevansi bagi
pengembangan ilmu dakwah?
b.
Bagaimana konstribusi substansif
karya ilmiah dosen Fakultas Dakwah
tersebut bagi pengembangan ilmu dakwah?
C. TUJUAN PENELITIAN
a.
Untuk mengidentifikasi karya
ilmiah dosen Fakultas Dakwah dalam Jurnal Ilmu Dakwah yang berkaitan dengan
diskursus pengembangan keilmuan dakwah.
b.
Untuk mendeskripsikan kontribusi
akademik karya ilmiah dosen Fakultas Dakwah dalamJurnal Ilmu Dakwah bagi
pengembangan ilmu dakwah.
D. MANFAAT PENELITIAN
a.
Secara teoritis, penelitian ini
diharapkan dapat berkontribusi bagi penguatan ilmu dakwah sebagai ilmu yang
mandiri.
b.
Secara praktis, penelitian ini
diharapkan menjadi referansi yang berguna bagi pengembangan ilmu dakwah di masa
depan.
E. Metode Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis tentang gejala-gejala yang diamati.
Sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang diselidiki melalui pengumpulan
data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument
kunci. Proses dan makna perspektif subyek lebih ditonjolkan dalam penelitian
ini.
b.
Definisi
Konseptual
- Dosen
Fakultas Dakwah
yaitu Pegawai Negeri Sipil yang memiliki jabatan fungsional sebagai dosen yang
bertugas di Fakultas Dakwah. Dosen dimaksud adalah semua dosen tetap yang
bekerja di Fakultas Dakwah dari berbagai latar belakang pendidikan dan
kompetensi keilmuannnya. Selain itu dosen yang menulis karya ilmiah yang
diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Dakwah.
- Jurnal
Ilmu Dakwah
adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Fakultas Dakwah IAIN Walisongo per
semester. Adapun jurnal dimaksud adalah jurnal yang diterbitkan dalam kurun waktu
tiga tahun 2007-2009.
c.
Populasi dan
Sampel
Populasi penelitian ini adalah
artikel-artikel yang ditulis oleh dosen tetap Fakultas Dakwah yang relevan
dengan pengembangan ilmu dakwah. Berdasarkan studi dokumentasi diperoleh
populasi berjumlah 35 artikel yang tersebar dalam enam edisi dalam kurun waktu
tiga tahun mulai tahun 2007 sampai dengan 2009. Sampel penelitian in berjumlah
11 artikel yang ditentukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan.
d.
Sumber Data
- Data
primer
adalah karya ilmiah dosen Fakultas Dakwah dalam bentuk artikel dari hasil
penelitian, makalah diskusi, dan makalah yang belum dipublikasikan. Data primer
ini dipilih berdasarkan tema pengembangan ilmu dan teknik dakwah.
- Data
sekunder
adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber pustaka yang terkait dengan
objek penelitian.
e.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang terkait
dengan objek penelitian, penulis menggunakan metode dokumentasi. Motode ini
digunakan untuk mengumpulkan bahan berupa Jurnal Ilmu Dakwah dalam kurun waktu
2007-2009 dan data lain yang mendukung penelitian.
f.
Teknik Analisis
Data
Teknik analisis data yang digunakan
yaitu teknik deskriptif kualitatif. Data yang terkumpul ditelaah sesuai dengan focus
penelitian. Mulai dari pemetaan karya ilmiah dosen yang relevan dengan
pengembangan ilmu dakwah dan kategorisasi dari substansi karya ilmiah tersebut.
g.
Desain
penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
Tahap I : Pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti akan
mencari dan mengumpulkan data Jurnal Ilmu Dakwah yang diterbitkan pada tahun
2007 sampai tahun 2009.
Tahap II : Eksplorasi
data. Setelah tahap awal dilakukan, maka dalam langkah ini, peneliti melakukan
eksplorasi data yaitu melakukan pemilihan artikel yang ditulis oleh dosen tetap
Fakultas Dakwah yang memiliki relevansi dengan pengembangan ilmu dakwah.
Tahap III : Penyusunan data. Setelah data tereksplorasi,
selanjtnya melakukan penyusunan data. Dalam tahapan ini, dilakukan dalam bentuk
deskriptif yang menggambarkan fakta objektif tentang kontribusi substantive
karya ilmiah dosen dalam kaitanya dengan wacana pengembangan ilmu dakwah.
Tahap IV : Analisis
data. Setelah data tersaji secara komprehensif dan integral, langkah berikutnya
dilakukan telaah kritis terhadap setiap tema dan sub tema yang sesuai dengan focus
penelitian. Sehingga dihasilkan rumusan-rumusan yang jelas tentang manfaat dan
signifikansi karya tersebut dalam pengembangan ilmu dakwah.
F. KERANGKA TEORITIK
Setiap ilmu
pengetahuan terdiri dari dua bagian penting, yaitu teoritik dan empiric.
Bagian yang teoritik merujuk pada skema konseptual misalnya kaidah,
generalisasi dan teori. Sedangkan bagian empiric ialah fakta-fakta yang
telah dikumpulkan dalam bentuk deskripsi, kajian kasus dan umum, serta laporan statistic.[5]
F.1.
Pengertian dan Komponen Teori
Teori adalah
satu perangkat andaian mengenai masyarakat, gejala social, dan tingkah
laku manusia. Sedangkan komponen-komponen teori antara lain:
a.
Konsep
Konsep merupakan
ramuan dasar dan fundamental dalam setiap teori. Suatu konsep adalah suatu kata
(atau pernyataan simbol lainnya) yang menunjuk pada gejala atau sekelompok
gejala; konsep adalah nama yang kita pergunakan untuk menunjukkan dan
mengklasifikasikan penerapan dan pengalaman-pengalaman kita. Menghubungkan suatu
nama tertentu dengan suatu benda, pengalaman, atau kejadian adalah langkah
pertama yang sangat penting untuk menganalisa dan memahaminya.[6] Tetapi hubungan antara
pengalaman dan pembentukan konsep lebih kompleks sifatnya daripada yang
terkandung dalam ide yang sederhana, dimana fakta baru dapat menunjuk pada
konsep-konsep baru. Diantara fakta “lama”, hubungan-hubungan baru atau
pola-pola dapat diamatai, dan fakta ini mungkin harus diberi nama dengan suatu
konsep baru. Hal ini mengandung kemungkinan kreativitas intelektual dalam
proses menerima dan mengkonseptualisasi, suatu kemungkinan yang sudah banyak
diperdebatkan oleh para ahli filsafat. Meskipun kita tidak perlu berurusan
dengan isu-isu filosofis, kita dapat bertanya apa sesungguhnya kehidupan social
yang menimbulkan konsep-konsep seperti alienasi, solidaritas, institusi,
atau kelas social. Istilah-istilah seperti ini lebih merupakan hasil dari suatu
cara memandang terhadap data kenyataan social daripada sifat dari data
itu sendiri. Oleh karena itu cara memandang yang baru terhadap data pengalaman
berkembang dari kreasi konsep-konsep baru.
Konsep dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu konsep yang observable dan konsep yang construct.
Sesuatu yang observable merupakan konsep, jika menunjuk pada satu objek
atau peristiwa khusus atau sejenisnya yang dapat ditangkap langsung dengan
indera. Satu kata yang dipergunakan untuk menunjuk suatu obyek tertentu
misalnya gedung, dapat dilihat sebagai sesuatu yang observable.
Berlawanan dengan konsep observable, konsep yang construct adalah
menunjuk pada hakekat atau proses yang tidak dapat diamati secara langsung,
tetapi yang eksistensinya disimpulkan dari suatu yang dapat diamati atau
seperangkat konsep yang juga dapat diamati. Misalnya, para ahli psikologi
cenderung melihat intelegensia itu sebagai suatu konsep construct,
sedangkan angka tes IQ merupakan sesuatu yang dapat diamati.
b.
Klasifikasi
Konsep-konsep
membentuk suatu dasar penting untuk klasifikasi. Satu konsep membedakan hal-hal
yang termasuk dalam kelas yang ditunjuk oleh konsep itu dan hal-hal lainnya.
Dengan menggunakan variable-variabel, mungkin bagi kita untuk mengkategorisasi
kasus-kasus yang berbeda dalam gejala-gejala yang ditunjuk oleh konsep itu
menurut perbedaan penting yang diperlihatkannya.[7]
Tanpa melihat
jumlah kategori atau teknik-teknik pengukuran, kategori-kategori yang terdapat
dalam satu system klasifikasi harus bersifat saling mengeksklusif dan tuntas (exhaustive).
Saling mengeksklusif berarti bahwa basis untuk membedakan satu kategori dari
katagori lainnya harus benar-benar tepat, memenuhi syarat sehingga satu kasus
tertentu dapat dimasukkan kedalam hanya satu kategori. Tanpa kategori-kategori
yang demikian, bisa terjadi ambiguitas. Tuntas artinya bahwa kategori-kategori
itu mencakup semua kasus yang berhubungan dengan gejala yang sedang diamati,
tidak ada kasus yang tidak diklasifikasi. Kategori-kategori yang bersifat
menampung sesungguhnya bukan merupakan kategori yang patut dipercayai, meskipun
sering dipergunakan untuk menampung semua kasus yang memang tidak dapat
diklasifikasi lagi. Konsep, variable, dan sistem klasifikasi adalah
bahan-bahan mentah yang perlu untuk membangun teori.
c. Proposisi
Proposisi adalah
satu pernyataan mengenai satu hubungan atau dua atau lebih konsep, khususnya
hubungan antara variable-variabel. Proposisi-proposisi saling berbeda satu sama
lain dalam beberapa hal yang penting menurut keabstrakan dan generalitasnya,
menurut kemampuan tahan ujinya dan
tingkatan dimana proposisi-proposisi itu sudah didukung secara empiris.
Proposisi sering
dibedakan dari hipotesa, dimana hipotesa merupakan pernyataan mengenai
hubungan-hubungan yang mungkin ada , yang dapat diuji secara empiris, yang
berasal dari proposisi yang lebih abstrak. Kalau satu proposisi sudah diperkuat
dalam pelbagai lingkungan yang berbeda sedemikian rupa , sehingga bisa diterima
secara umum sebagai satu proposisi yang benar, maka proposisi semacam itu dapat
dipandang sebagai satu hukum.
2.2. Konsep Dasar Ilmu Dakwah
Dalam diskursus tentang keilmuan dakwah, pada saat ini ada kecenderungan
perubahan cara pandang atau persepktif terhadap ilmu dakwah. Perubahan ini
mencakup landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis.
a.
Ontologi Ilmu
Dakwah
Objek material ilmu dakwah dalam statusnya sebagai ilmu keagamaan adalah
al-Qur’an dan sunnah dan manifestasinya dalam semua aspek kegiatan dan
kehidupan manusia. Sedangkan objek formalnya adalah kegiatan mengajak umat
manusia supaya masuk ke jalan Allah dalam semua segi kehidupan.[8] Dengan demikian dimensi ontologis
ilmu dakwah masih didominasi oleh kecenderungan yang bercorak transenden dengan
menjadikan al-Qur’an dan sunnah sebagai titik tolak kajian.Jika itu dakwah
ditempatkan sebagai bagian dari ilmu sosial, mada dakwah sebagai akan bertitik
tolak dari realitas sosial dalam hubungannya dengan dinamika sosial
tertentu.Sehingga berlangsung hubungan dialogis-dialektis antara teks dan realitas tersebut.[9]
Ilmu dakwah akan selalu concern dengan
persoalan masyarakat dan berusaha menawarkan solusi dalam menyelesaikan dan
mengatasi persoalan masyarakat tersebut. Jadi objek formal ilmu dakwah yaitu
dimensi keberagamaan manusia dalam upaya merealisasikan ajaran Islam dalam
segala aspek kehidupan dalam rangka membangun dan membentuk masyarakat yang baik.
Ontologi ilmu dakwah seperti ini akan memberikan peluang bagi ilmu dakwah untuk
berhubungan secara kultural-fungsional dengan penyelesaian problem-problem
kemanusiaan termasuk problem sosial. Diantara problem tersebut antara lain: kemiskinan,
pengangguran, ketertinggalan pendidikan, aborsi, kenakalan remaja dan
sebagainya.
b.
Epistemologi
Ilmu Dakwah
Dalam perspektif epistemologi secara umum bahwa sumber atau teori
pengetahuan diperoleh dari hasil rasionalitas manusia berdasarkan data.
Sedangkan dalam perspektif epistemologi Islam, bahwa teori pengetahuan didapatkan dari teks atau wahyu dan pemikiran
manusia dalam aspek tradisi yang mensejarah. Jelasnya bahwa subjek atau sumber
ilmu dalam Islam adalah Allah, yang menampilkan diri lewat al-Qur’an yang tertulis
sebagai fitrah munazalah dan lewat ayat yang tercipta yaitu alam dan
realitas sebagai fitrah majbulah.
Jika dilihat dari perspektif Islam, epistemologi ilmu dakwah adalah
sekumpulan pengetahuan yang bersumber dari wahyu (teks) dan pemikiran rasional muslim
sepanjang sejarah (tradisi Islam). Dalam kerangka epistemik ini, ilmu dakwah
harus dipahami sebagai ilmu teoritik dan terapan Islam untuk menumbuhkan,
menata dan merekayasa masa depan kehidupan umat dan peradaban Islam yang sesuai
dengan tuntutan zaman.[10]
Dalam pandangan Ilyas Supena (2008), epistemologi ilmu dakwah yang seperti
ini,masuk dalam kategori epistemologi
bayani yakni epistemologi yang menjadikan teks sebagai origin and source pengetahuan, dan kurang peduli terhadap epistemologi burhani yakni epistemologi
yang menjadikan realitas empirik sebagai asal dan sumber pengetahuan. Akibatnya
kajian ilmu dakwah yang berhubungan dengan dunia teks masih sangat dominan.
Sementara kajian yang berhubungan dengan dunia sosial, baik dunia sosial
pengararang maupun dunia sosial pembaca masih sangat kering. Ada dua solusi
yang ditawarkan oleh Ilyas Supena; pertama, ilmu dakwah perlu melakukan
integrasi keilmuan dengan beragam ilmu dan karenanya dakwah akan menjadi sebuah
disiplin ilmu yang bercorak interdisipliner. Kedua, ilmu dakwah perlu melakukan
humanisasi ilmu keislaman dan islamisasi ilmu-ilmu sosial dan humaniora,
sehingga terbangun suatu hubungan organis antara keduanya.
c. Aksiologi Ilmu Dakwah
Dalam kalimat yang ringkas aksiologi dakwah adalah bertujuan mewujudkan ummatan
wasathan, khairul ummah dan khairul bariyyah. Dalam rangka mewujudkan
tipologi masyarakat tersebut, dakwah mengembangkan empat konsep sebagaimana
tergambar dalam QS.Ali Imran ayat 104, yaitu yad’una ilal khair, amr ma’ruf, nahi munkar dan taghyirul munkar. yad’una ilal khair mengandung pengertian menyeru umat manusia untuk
menerima dan mengamalkan munkar yang dapat membawa kerugian dan bencana
terhadap masyarakat. Sedangkan taghyirul
munkar adalah merubah setiap bentuk kemunkaran yang terdapat dalam
kehidupan manusia sehingga kemunkaran tersebut lenyap di tengah-tengah
kehidupan manusia. Berdasarkan empat konsep tersebut, maka secara aksiologis
dakwah mengandung tujuan; Pertama, membangun standar kualitas hidup. Kedua,
media
transformasi nilai.
G.
TEMUAN HASIL
PENELITIAN
TABEL
ARTIKEL JURNAL YANG RELEVAN
DENGAN PENGEMBANGAN ILMU DAKWAH
No |
Judul
Artikel |
Edisi |
Penulis |
1 |
Dialektika Episteme Bayani dan Burhani dalam Epistemologi Ilmu
Dakwah. |
Vol.27 No.1 Januari-Juni 2007 |
Ilyas Supena |
2 |
Pembagian Kerja Secara Seksual dan Implikasinya Pada
Peran Perempuan dalam Aktivitas Dakwah Islam |
S d a |
Misbah Zulfa E |
3 |
Kontroversi Dakwah Inklusif |
S d a |
Fachrur Rozi |
4 |
Upaya Peningkatan Peran dan Fungsi Masjid Sebagai
Media Dakwah dalam Perspektif Manajenem Dakwah |
S d a |
Saerozi |
5 |
Strategi Dakwah Bil Hal Untuk Pemberdayaan
Masyarakat Miskin |
S d a |
Suprihatiningsih |
6 |
Analisis Jaringan Sosial Gerakan Dakwah. |
Vol.27 N0.2, Juli-Des 2007 |
Thohir Yuli K |
7 |
Perkembangan Dakwah Islam melalui Media Televisi di Indonesia. |
S d a |
M.Alfandi |
8 |
Strategi Dakwah dalam Praktik Public Relation |
S d a |
Najahan Musyafak |
9 |
Kontekstualisasi Sirah Nabi dalam Manhaj Dakwah
Kontemporer |
S d a |
Fachrur Rozi |
10 |
Nilai-Nilai Tasawuf Sebagai Materi Dakwah Bagi
Masyarakat Moderen |
S d a |
Komarudin |
11 |
Akhlaq dalam Dakwah |
S d a |
Djasadi |
12 |
Pergeseran Etika Dakwah Dalam Transformasi Sosial
Modern |
Vol.28 No.1, Jan-Juni 2008 |
Safrodin |
13 |
Menanamkan Nilai-Nilai Moralitas melalui Dakwah |
S d a |
Awaludin Pimay |
14 |
Dakwah Etnis Tionghoa Muslim: Upaya Resolusi Konflik
Etnis Tionghoa Muslim di Indonesia |
S d a |
M.Alfandi |
15 |
Aplikasi Pendekatan Sistem Perencanaan dalam
Manajemen Dakwah |
S d a |
Saerozi |
16 |
Pendekatan Dakwah kepada Remaja melalui Konseling
Kelompok |
S d a |
Widayat Mintarsih |
17 |
Peran Wanita dalam Dakwah Islam |
S d a |
Nurbini |
18 |
Pergeseran Paradigma Ilmu Dakwah (Dari Dakwah
Sebagai Ilmu Keagamaan menuju Dakwah Sebagai Ilmu Sosial) |
Vol.28 No.2, Juli-Des 2008 |
Ilyas Supena |
19 |
Konsepsi Ketulusan dalam Berdakwah (Antara Idealitas
Qur’ani dan Realitas Sosial) |
S d a |
Safrodin |
20 |
Radikalisme Dakwah Islam (Analisis Ketegangan
Gerakan Dakwah Islam di Indonesia) |
S d a |
Ibnu Fikri |
21 |
Strategi dan Pendekatan
Dakwah Kultural Muhammadiyah |
S d a |
Awaludin Pimay |
22 |
Mencari Makna Fenomena Melalui Pendekatan Fenomenologi
(Sebuah Alternatif Pendekatan Penelitian Dakwah) |
S d a |
Nadiatus Salama |
23 |
Paradigma Baru Manajemen
Masjid (Telaah Awal di Masjid Jogokaryan Yogyakarta) |
Vol.29 No.1, Jan-Juni 2009 |
Abu Rokhmad |
24 |
Optimalisasi Fungsi
Laboratorium Dakwah Bagi Peningkatan Mutu Akademik Mahasiswa |
S d a |
M. Alfandi |
25 |
Dakwah untuk Para Lanjut
Usia (Tinjauan Materi dan Metode) |
S d a |
Maryatul Qibtiyah |
26 |
Televisi Sebagai Media
Dakwah Islami |
S
d a |
Nur Cahyo HW |
27 |
Dakwah Multikultural
Perspektif Muballigh (Studi Kasus di Kota Semarang) |
S d a |
Ahmad Faqih |
28 |
Bentuk Komunikasi Verbal
dalam Dakwah (Panduan Al-Qur’an dan Pandangan Pragmatik) |
Vol.29 No.2, Juli-Des 2009 |
Yuli Nurkasanah |
29 |
Internet Sebagai Media
Dakwah Islami di Era Globalisasi |
S d a |
Nur Cahyo HW |
30 |
Strategi Dakwah dalam Upaya
Pengentasan Kemiskinan (Perspektif Antropologis Teologis) |
S d a |
Saerozi |
31 |
Pengembangan Dakwah
Berbasis Riset |
S d a |
Thohir Yuli Kusmanto |
32 |
Dakwah Berbasis Sekolah
Pada remaja |
S d a |
Wening Wihartati |
33 |
Metode Dakwah Pada Anak |
S d a |
Suprihatiningsih |
34 |
Pengembangan Model Dakwah
pada Masyarakat Kota |
S d a |
Ahmad Faqih |
35 |
Akuntansi Islam Sebagai
Sarana Pengembangan Dakwah |
S d a |
Ariana Suryorini |
1.
Tema yang dipilih oleh dosen
dalam artikelnya didominasi kajian-kajian dalam ranah ontologism. Dari 35
artikel yang berhasil dihimpun, ditemukan 32 artikel kajian ontologism, 2
artikel kajian epistemologis dan 1 artikel kajian aksiologis. Dari 32 artikel
tersebut, dibagi kedalam dua sub yaitu sebagian kecil merupakan kajian
teks-teks al-Qur’an dan Hadits, dan sebagian besar merupakan kajian yang
mengangkat problematika riil yang dihadapi mad’u, dan da’I dalam proses dakwah.
2.
Kecenderungan untuk mengangkat
problematika riil dalam kehidupan dakwah, tidak dapat dilepaskan dari latar
belakang pendidikan dosen-dosen Fakultas Dakwah yang semakin bervariasi. Tidak
hanya berasal dari disiplin ilmu dakwah, tetapi juga banyak dari mereka
berlatar belakang pendidikan non dakwah seperti komunikasi, sosiologi,
antropologi, manajemen, filsafat, dan computer.
3.
Secara substantive
kontribusi tulisan-tulisan dosen Fakultas Dakwah, dalam konteks pengembangan
teori dakwah antara lain berbentuk pembaharuan konsep, rumusan
hipotesis-hipotesis baru, dan verifikasi teori. Dari pembaharuan konsep yang
ditawarkan menurut peneliti dapat diterima untuk mengkoreksi dari yang selama
ini ada, demikian juga untuk hasil pengujian terhadap suatu teori (verifikasi).
Tetapi dari hipotesis yang dirumuskan harus diuji dulu dalam suatu penelitian
yang sesuai, sehingga dari beberapa hasil pengujian itu dapat ditentukan apakah
suatu hipotesis itu diterima atau ditolak.
4.
Dari kajian ini juga ditemukan
beberapa artikel kurang berkonstribusi dengan pengembangan ilmu dakwah, karena
konsep-konsep yang ditawarkan sebenarnya sudah menjadi konsep yang telah mapan
atau establish dalam teori dakwah. Bahkan juga ada konsep yang ditawarkan
memiliki kelemahan karena penulis artikel kurang memahami konsep-konsep lain
yang terkait. Sehingga konsep yang digagas menjadi rancu dan bertentangan
dengan konsep yang telah kuat.
H. REKOMENDASI
Setelah meneliti sebagian karya ilmiah dari dosen
Fakultas Dakwah saya menyarankan beberapa masukan sebgai berikut:
1)
Para dosen hendaknya lebih peduli
terhadap pengembangan ilmu dakwah, karena masa depan ilmu ini sebagian
bergantung pada mereka.
2)
Pengelola Jurnal Ilmu Dakwah
harus lebih selektif dalam menerima dan menerbitkan artikel dari para dosen.
Karena saya menemukan beberapa artikel tidak relevan dengan ilmu dakwah, dan
lebih memprihatinkan lagi judul artikel tentang dakwah, tetapi isinya bukan
mencerminkan kajian dakwah.
3)
Pihak Pimpinan Fakultas Dakwah
harus melakukan upaya untuk memberikan motivasi, dukungan kepada para dosen
untuk membesarkan ilmu dakwah. Sehingga ke depan ilmu dakwah akan semakin
berkembang dan semakin member manfaat bagi semua pihak yang concern
terhadap dakwah Islam.
*)
Artikel ini pernah dimuat pada Jurnal Ilmu Dakwah Vol.31 No.2 Juli – Desember
2011 versi cetak
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amrullah. Makalah Seminar dan Lokakarya
“Pengembangan Keilmuan Dakwah dan Prospek Kerja”, APDI Unit Fakultas Dakwah,
Semarang 19-20 Desember 2008.
Garna, Judistira K. 1999. Ilmu-Ilmu Sosial Dasar
Konsep Posisi. Bandung: CV.Primaco.
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.27, No. 1, Januari - Juni 2007.
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.27, No. 2, Juli – Desember 2007.
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.28, No. 1, Januari - Juni 2008.
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.28, No. 2, Juli - Desember 2008.
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.29, No. 1, Januari - Juni 2009.
Jurnal Ilmu Dakwah Vo.28, No. 2, Juli - Desember 2008.
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik
dan Modern Jilid 1. Jakarta: Gramedia.
Kholik, Abdul dan Syaikh Abdurrahman.1983. Fushul
min Al-Siasati Al Syari’iyyati fi ad Da’wah Ila Allah.Kuwait: Jam’iyyati
Ilya’ al-Turats al Islami.
Kusmanto, Thohir Yuli. Makalah “Dakwah Berbasis
Jaringan Sosial” dalam Diskusi Dosen Jurusan Manajemen Dakwah, Semarang 11 Mei
2006.
Muhadjir, Noeng.1998. Filsafat Ilmu Telaah
Sistematis Fungsional Komparatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.
Rosyad, A.Sholeh. 1984. Manajemen Dakwah Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Salmadanis. Makalah “Posisi Ilmu Dakwah dalam
Keilmuan lainnya”, Semiloka Nasional Pengembangan Keilmuan Dakwah IAIN Imam
Bonjol, Padang 13-14 Juni 2006.
[1] Amrullah Ahmad, Makalah Seminar dan Lokakarya
“Pengembangan Keilmuan Dakwah dan Prospek Kerja”, APDI Unit Fakultas Dakwah,
Semarang 19-20 Desember 2008, hlm.2
[2] Abdul Kholik dan Syaikh Abdurrahman, Fushul min
Al-Siasati Al Syari’iyyati fi ad Da’wah Ila Allah,(Kuwait: Jam’iyyati Ilya’
al-Turats al Islami, 1983), hlm. 13-14
[3] Kusmanto, Thohir Yuli. Makalah “Dakwah Berbasis
Jaringan Sosial” dalam Diskusi Dosen Jurusan Manajemen Dakwah, Semarang 11 Mei
2006, hlm. 1
[4] Ilyas Supena, “Pergeseran Paradigma Ilmu Dakwah…”, Jurnal
Ilmu Dakwah, Vol.28 No.2, Juli-Des 2008, hlm. 195
[5] Judistira K. Garna, Ilmu-Ilmu Sosial Dasar Konsep
Posisi, (Bandung: CV.Primaco, 1996), hlm. 139.
[6] Doyle Paul Johnson,Teori Sosiologi Klasik dan
Modern Jilid ,1 (Jakarta: Gramedia, 1986), hlm. 35
[7] I b I d, hlm. 38 -39
[8] Amrullah Ahmad, Makalah “Dakwah Islam Sebagai Ilmu…”,
Pertemuan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Se-Indonesia medan 18 – 20 Juni 1996, hlm.
27
[9] Ilyas Supena, Opcit, hlm. 198
[10] Salmadanis. Makalah “Posisi Ilmu Dakwah dalam
Keilmuan lainnya”, Semiloka Nasional Pengembangan Keilmuan Dakwah IAIN Imam
Bonjol, Padang 13-14 Juni 2006, hlm. 6
0 Comments